2025-06-22 | admin

Politik Israel: Kompleksitas Demokrasi di Tengah Ketegangan Abadi

Sistem Pemerintahan: Demokrasi Parlementer yang Dinamis

Israel adalah negara dengan sistem demokrasi slot pakai qris parlementer, yang artinya pemerintahan dibentuk berdasarkan hasil pemilu legislatif, dan perdana menteri sebagai kepala pemerintah dipilih oleh koalisi mayoritas di parlemen (Knesset).

  • Knesset memiliki 120 anggota, dipilih melalui sistem proporsional nasional.

  • Presiden Israel berperan sebagai kepala negara simbolis dengan kekuasaan terbatas.

  • Perdana Menteri adalah tokoh paling kuat secara politik dan strategis.

Salah satu ciri khas politik Israel adalah banyaknya partai—lebih dari 10 partai bisa duduk di Knesset dalam satu periode, membuat pembentukan pemerintahan koalisi jadi sangat kompleks dan dinamis.

Partai-Partai Utama: Kanan, Kiri, Religius, dan Arab

Spektrum politik Israel terbagi dalam berbagai kelompok:

  • Likud (kanan-konservatif): dipimpin oleh Benjamin Netanyahu, dominan dalam dua dekade terakhir.

  • Yesh Atid (sentris-liberal): dipimpin oleh Yair Lapid, pro demokrasi sekuler dan modernisasi.

  • Religious Zionist Party & Shas (ultra-Ortodoks): mendorong kebijakan berbasis agama Yahudi.

  • Meretz & Labor (kiri): lebih progresif, mendukung solusi dua negara.

  • Partai Arab: seperti Ra’am dan Hadash, mewakili warga Arab-Israel, memperjuangkan kesetaraan dan hak sipil.

Karena tidak ada partai mayoritas tunggal, Israel sering menghadapi kebuntuan politik, bahkan pemilu ulang yang terjadi empat kali antara 2019–2022.

Isu Palestina dan Pendudukan Wilayah: Titik Konflik Utama

Salah satu pusat dari ketegangan politik internal dan eksternal Israel adalah isu Palestina. Ada dua kubu utama:

  • Kubu yang mendukung solusi dua negara, dengan pembentukan negara Palestina merdeka.

  • Kubu yang menolak kompromi, dan mendukung keberadaan permukiman Yahudi di wilayah pendudukan seperti Tepi Barat.

Pemerintah sayap kanan cenderung keras terhadap Palestina, mempertahankan blokade Gaza, dan memperluas permukiman yang dikecam komunitas internasional.

Sementara oposisi dan partai moderat mendesak dialog dan pengakuan hak-hak rakyat Palestina.

Koalisi Pemerintahan yang Tidak Stabil

Kondisi politik Israel sering tidak stabil karena perbedaan ideologi antar partai. Pemerintahan koalisi bisa bubar hanya karena satu partai keluar. Hal ini menyebabkan:

  • Pemilu yang terlalu sering

  • Kebijakan luar negeri dan dalam negeri yang berubah-ubah

  • Ketergantungan besar pada tokoh politik kuat seperti Netanyahu

Pada 2021 sempat terbentuk koalisi “anti-Netanyahu” yang melibatkan partai kanan, kiri, dan Arab. Ini adalah momen langka yang mencerminkan frustrasi atas dominasi politik satu tokoh selama bertahun-tahun.

Hubungan Internasional: Amerika, Arab, dan Iran

Secara geopolitik, Israel adalah sekutu utama Amerika Serikat di Timur Tengah. Namun di saat yang sama:

  • Israel menjalin hubungan diplomatik dengan negara Arab seperti UEA, Bahrain, dan Maroko lewat Abraham Accords.

  • Hubungan dengan Iran sangat tegang, terutama terkait isu nuklir dan pengaruh militer Iran di Suriah dan Lebanon.

  • Hubungan dengan Turki dan Mesir kadang naik turun, tapi tetap dijaga karena kepentingan strategis regional.

Israel juga memperluas kerja sama dengan negara-negara Afrika, Asia, bahkan memperkuat lobi global lewat teknologi dan militer.

Kesimpulan: Politik Israel = Dinamis, Penuh Tarik Ulur, dan Selalu Global

BACA JUGA: Partai Persatuan Pembangunan Akan Membenahi Politik Indonesia: Harapan Baru untuk Demokrasi yang Lebih Baik

Politik Israel adalah salah satu yang paling rumit di dunia: campuran demokrasi maju, identitas keagamaan kuat, tekanan geopolitik, dan konflik yang belum selesai. Dengan banyak partai, tekanan internal dari rakyat, dan sorotan dunia internasional, tiap keputusan politik di Israel punya dampak lintas batas. Tidak heran jika perkembangan di Knesset bisa mempengaruhi arah politik Timur Tengah dan bahkan kebijakan negara-negara besar.

Share: Facebook Twitter Linkedin